loading...
loading...
- Ingin bincang sedikit tentang #AgamaTuhan
- Ada hal menarik yang menjangkiti kalangan islam liberal. Mereka suka dengan apapun yang baru.
- Apapun yang terlihat baru akan mereka anggap revolusioner. Padahal hanya terlihat baru.
- Sesuatu yang terlihat baru bisa jadi sebenarnya sama sekali tidak baru, hanya saja kita belum pernah melihatnya atau mendengarnya.
- Orang memang mudah akan bingung jika tidak memahami persoalan secara konseptual.
- Gambar di atas adalah kasus kebingungan itu 🙂
- Sebenarnya ini sama sekali bukan hal baru. Entah sudah berapa kali terdengar retorika seperti ini.
- Retorika ini membuat orang bingung semakin bingung. “Mengapa harus berAgama jika tuhan saja tidak berAgama?”
- Ujung-ujungnya adalah pluralism Agama. “Kalau Tuhan tidak berAgama, maka Agama manapun sama saja.”
- “Buat apa meyakini Agama sendiri paling benar? Toh, Tuhanpun tidak berAgama!” Kurang lebihnya begitu.
- Ada juga yang bilang, “saya menyembah Tuhan, bukan menyembah Agama!”.
- Konsep pluralismenya John Hick beralih dari “ religion-centredness” ke ”God-centredness.”
- Ini cuma sejengkal saja jaraknya dengan paham spiritualisme yang mengatakan: “spiritualism unites, religion divides”.
- Singkat cerita, pemikiran ini membawa orang dari keadaan KETIADAAN IZZAH menuju KETIADAAN IMAN.
- Retorika-retorika semacam ini cukup berhasil dipropagandakan pada mereka yang tidak punya IZZAH (kebanggaan) sebagai muslim.
- Pada akhirnya mereka tidak lagi beriman, atau keimanannya ambigu. Mengaku Muslim, tapi Agama lain dibenarkan juga.
- Pangkal persoalannya adalah minimnya pehamaman soal konsep Agama itu sendiri.
- Kata “Agama” memang bisa diartikan macam-macam. Sebab bahasa Indonesia tidak mempunyai ‘sistem akar kata’.
- Berbeda dengan bahasa arab, dimana setiap kata bisa ditelusuri maknanya dengan memahami akar katanya.
- Kita menggunakan “Diin” dalam bahasa arab yang bermakna “Agama”.
- Prof. Naquib al-Attas, mengurai makna “Diin” dalam banyak karyanya. Menurut beliau ini penting sekali.
- Kata “Diin” jika dirunut akar katanya, memiliki makna seputar “Hutang” dan “Keberhutangan”.
- Singkat cerita, menurut al-Attas, perasaan berhutang itulah inti dari berAgama.
- Orang yang sudah tidak merasa “berhutang” lagi kepada Allah SWT niscaya tidak bisa dipaksa untuk jalankan ajaran Agama.
- Pada hakikatnya, semua yang kita miliki adalah milik Allah SWT. Semuanya akan kembali kepada Allah SWT.
- Dengan demikian, apapun yang kita miliki di dunia ini adalah “hutang” kepada Allah SWT.
- Tentu saja “hutang” kepada Allah SWTtidak bisa kita lunasi. Sebab, semuanya milik Allah SWT.
- Jika kita pun beramal sholeh, maka segala yang kita gunakan untuk beramal sholeh itupun adalah milik Allah SWT.
- Jika kita berbuat baik dan bersyukur, Allah SWT malah akan menambah rahmat-Nya. Maka “hutang” kita bertambah lagi.
- Dari sinilah kita memahami interaksi cinta. Takut dan harap antara manusia dengan Allah SWT.
- Dari uraian singkat di atas, tentu kita akan terheran-heran dengan orang yang bertanya, “Allah SWT itu Agamanya apa?”.
- Cukup menjawab, “Allah SWT berhutang pada siapa?” terlihat jelas kontradiksi dari retorika di atas.
- Karena Allah SWT tidak berhutang pada siapapun , maka tentu tak ada yang pernah mengatakan Allah SWT berAgama.
- Ibadah adalah hal penting yang diajarkan oleh Agama. Apakah Allah SWT beribadah? Tentu tidak.
- Kalaupun ada istilah “Agama Allah” (misalnya dalam frase ‘membela Agama Allah’), maknyanya tidak sama.
- Kenapa tidak sama? Ya karena Allah SWT tidak sama dengan manusia, atau dengan makhluk apapun.
- Dalilnya sudah dihafal semua anak SD: “wa lam yakun lahuu kufuwan ahad!”
- Kalau dikatakan “membela Agama Allah”, itu artinya membela Agama yang diridhoi Allah SWT.
- Mengapa ada orang kuliah jauh-jauh sampai ke Universitas al-Azhar, kairo, tapi tidak paham masalah semudah ini? Wallaahu a’lam.
- Menurut saya, ini semua cuma masalah rendahnya harga diri, berakibat lemahnya kebanggaan sebagai muslim.
- Kalau harga diri sudah rendah, apapun yang dibawa orang akan dianggap hebat dan ditiru mentah-mentah.
- Bahkan dalam hal ini mengambil konsep dalam sebuah film 😅 (Lihat gambar kedua)
- Bukalah mata, luaskan wawasan. Jangan pelihara perasaan rendah diri, karena kita adalah khalifah Allah SWT di muka bumi.
- Tentu kita punya kelemahan, tapi kita pun punya kemampuan untuk belajar. Karena pada akhirnya kita akan bertanggung jawab kepada Allas SWT.
- Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari kejahilan yang menghinakan. Aamiin.
Posting Komentar