loading...
loading...
A. PENGERTIAN REAKSI KESETIMBANGAN
Reaksi kimia adalah reaksi yang melibatkan reaktan-reaktan (zat-zat yang
bereaksi) yang ketika melewati sebuah proses reaksi maka reaktan-reaktan
tersebut akan menghasilkan produk (zat hasil reaksi). Reaksi kimia sering
ditulis dalam bentuk persamaan reaksi. Berdasarkan arah reaksinya, reaksi
kimia terdiri dari reaksi satu arah (irreversible) dan reaksi dua
arah (reversible).
Lalu apa itu reaksi kesetimbangan? Untuk memperoleh gambaran tentang konsep reaksi kesetimbangan, kita dapat
mengambil contoh bagaimana terjadinya proses kesetimbangan antara air dan
uap air dalam gelas yang terbuka maupun yang tertutup. Bila air diletakkan
di dalam gelas terbuka dan dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, air di
dalam gelas akan berkurang karena uap air menguap dari permukaan air dan
keluar dari gelas. Sedangkan bila air diletakkan di dalam gelas tertutup,
air juga akan menguap jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama. Akan
tetapi uap air yang terjadi pada proses penguapan tidak keluar dari gelas.
Akibatnya uap air akan menumpuk dan menjadi jenuh. Bila uap air telah
menjadi jenuh, uap air akan mengembun menjadi butir-butir air yang menempel
pada dinding gelas dan akhirnya mengalir lagi ke permukaan air. Proses ini
berlangsung terus menerus.
Mengapa air dalam gelas tertutup berjumlah tetap dibandingkan dengan air
dalam gelas terbuka? Air dalam gelas tertutup berjumlah tetap dikarenakan
jumlah air yang menguap sama dengan jumlah air yang mengembun menjadi air
kembali. Dapat dikatakan bahwa di dalam gelas tertutup tersebut laju
penguapan air sama dengan laju pengembunan air. Proses yang terjadi ini
disebut reaksi kimia yang setimbang (reaksi kesetimbangan). Dengan
demikian, kesetimbangan kimia adalah keadaan yang terjadi jika laju reaksi ke kanan (maju) sama dengan laju reaksi ke kiri (mundur).
Meskipun hampir semua reaksi kimia merupakan reaksi dua arah, tetapi tidak
semua reaksi dua arah akan menjadi reaksi setimbang. Untuk dapat menjadi
reaksi setimbang, diperlukan persyaratan sebagai berikut.
1. Reaksinya reversible (Reaksi dua arah/bolak-balik)
Contohnya;
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Pada reaksi tersebut, reaktan bereaksi membentuk produk dan produk dapat
membentuk reaktan kembali, jika reaktan dan produk tetap bercampur. Tanda
panah dua (↔) menunjukkan sifat bolak-baliknya. Reaksi dua arah ini dapat
terjadi pada reaksi kesetimbangan homogen dan heterogen. Tetapi umumnya
reaksi kesetimbangan heterogen dapat berlangsung dua arah pada suhu tinggi.
2. Berlangsung di sistem tertutup.
Sistem tertutup adalah suatu tempat reaksi yang menunjukkan zat-zat yang
bereaksi (reaktan) dan zat-zat hasil reaksi (produk) tidak ada yang
meninggalkan tempat reaksi.
3. Bersifat dinamis
Bersifat dinamis artinya secara mikroskopis -walaupun tidak mungkin
teramati- reaksi berlangsung terus-menerus dalam dua arah dengan laju reaksi maju sama dengan laju reaksi baliknya (v1 =
v2). Sedangkan secara makroskopis keberlangsungan reaksi dua
arah dapat dilihat dari perubahan konsentrasi, suhu, tekanan, atau
warnanya.
B. TETAPAN KESETIMBANGAN (HUKUM KESETIMBANGAN)
Secara umum jika ada reaksi kesetimbangan berikut;
p
A + qB ↔ rC + sD
maka persamaan reaksi tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan tetapan kesetimbangan (K), yang dirumuskan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Waage lewat hukum aksi massa (Law of Mass Action) atau
hukum kesetimbangan
Pada suhu tetap, hasil kali konsentrasi produk pangkat koefisien dibandingkan dengan hasil kali konsentrasi reaktan pangkat koefisien akan memberikan harga yang tetap/konstan.
Tetapan kesetimbangan terdiri dari tetapan kesetimbangan konsentrasi (KC) dan tetapan kesetimbangan tekanan (KP).
Penentuan tetapan kesetimbangan bergantung pada jenis reaksinya, homogen
atau heterogen. Berikut ini tetapan kesetimbangan yang berlaku pada
masing-masing reaksi.
◆Untuk reaksi kesetimbangan homogen◆
Fase zat semua sama; pilihannya antar-gas atau antar-larutan.
Contoh: pA(g) + qB(g) ↔ rC(g) + sD (g)
◆Untuk reaksi kesetimbangan heterogen◆
Fase zat bervariasi: padat (s), cairan (l), larutan (aq), atau gas (g)
Contoh: aP(s) + bQ(g) ↔ cR(aq) + dS (g) + eT(l)
1. Aturan – aturan yang berhubungan dengan penulisan tetapan kesetimbangan
(K)
2. Hubungan KC dan KP
Nilai KC tidak sama dengan nilai KP.
Catatan:
Jika jumlah koefisien kanan > jumlah koefisien kiri ⇒ KP >
KC (Δn = +)
Jika jumlah koefisien kanan = jumlah koefisien kiri ⇒ KP = KC
Jika jumlah koefisien kanan < jumlah koefisien kiri ⇒ KP <
KC (Δn = –)
C. KESETIMBANGAN DISOSIASI DAN DERAJAT DISOSIASI
Reaksi disosiasi/asosiasi adalah reaksi penguraian suatu zat menjadi zat yang lebih sederhana.
Apabila reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan maka disebut dengan
kesetimbangan disosiasi.
Banyaknya bagian zat yang terurai dibanding jumlah zat mula-mula pada
reaksi disosiasi disebut derajat disosiasi (α). Derajat disosiasi
digunakan dalam perhitungan-perhitungan kesetimbangan disosiasi.
Nilai derajat disosiasi (α) dapat berupa:
- Angka desimal, kisarannya 0 < α < 1
- Persentase, kisarannya 0 < α < 100%
Jika (α) = 0 atau (α) = 0% berarti tidak ada zat yang terurai. Jika (α) = 1 atau (α) = 100% berarti zat terurai sempurna atau semua zat
mengalami disosiasi.
D. PERGESERAN KESETIMBANGAN (AZAS LE CHATELIER)
Pergeseran kesetimbangan merupakan langkah yang bisa diterapkan jika kita
ingin menambah maupun mengurangi produk reaksi. Pergeseran kesetimbangan
didasari oleh asas Le Chatelier yang berbunyi:
Suatu sistem kesetimbangan yang diberi tindakan (aksi), maka sistem itu akan bereaksi balik agar pengaruh aksi tersebut berkurang terhadap sistem.
Aksi = – Reaksi
Ini artinya, suatu sistem yang setimbang cenderung mempertahankan
kesetimbangannya sehingga jika ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa agar kembali lagi ke keadaan setimbang.
Pergeseran kesetimbangan terjadi karena perubahan faktor – faktor berikut;
Posting Komentar